Hidup sebagai Caregiver dengan Ibu Skizofrenia

Ternyata menjalani kehidupan dewasa tidak seindah bayangan aku semasa kecil, namun untuk kembali ke masa kecil juga bukan hal yang menyenangkan yang pernah kujalani dulu,
Dengan orangtua brokenhome, Ibu yang Skizofrenia dan Ayah yang tidak perduli dengan kondisi anaknya membuat hari hari masa kecil hingga remajaku menjadi suram.

Dulu, aku selalu memimpikan untuk cepat dewasa, untuk bisa mengambil semua kuputusanku sendiri, tapi saat sudah dewasa semua itu tidak mudah.

Aku yang dulu hidup bagaikan bunglon berpindah pindah tempat, berpindah pindah tangan, hidup keras karena harus bekerja untuk bisa sekolah karena dulu aku tidak bisa mengandalkan orangtuaku, kabar ayahku saja dulu aku tidak tau, Ibuku yang skizofrenia untuk menghidupi dirinya saja aku sudah bersyukur.

Aku tumbuh menjadi gadis tanpa bimbingan orangtua, seringkali aku menangis saat bekerja dan melihat anak seusiaku berjalan bergandengan tengan dengan orangtuanya. “Seharusnya aku bisa merasakan hal yang sama” itu gumamku dimasa itu. Yaa lagi lagi itu hanya mimpi karena kenyataannya aku harus terus bergelut dengan waktu untuk menghidupi kehidupanku sendiri.

Tapi dulu aku menjadi remaja yang tahan banting, pemikiranku sangat matang untuk bisa maju, aku gamau hidup begini terus, aku menjadi gadis yang keras kepala.

Tapi sekarang, saat aku sudah dewasa, sudah lulus sekolah kuliah, sudah bekerja, aku harus mengurus ibuku, dengan semua luka masa lalu yang pernah aku jalani, jujur ini tidak mudah.

Bahkan aku tidak punya teman karena aku selalu disibukan dengan menjadi rupiah, dengan mengurus ibuku, berkali kali pula ibuku dirawat di RSJ, pernah kuingat ada teman SMP ku yang bermain kerumah saat aku sedang tidak ada. Apa yang terjadi? Ibuku memarahi temanku tanpa sebab, sampai dia takut dan menghindar berteman dariku.

Sampai saaat ini pun sama, tidak ada hal yang berbeda tentang masalah pertemanan, karena tidak ada yang mau berteman dengan aku yang mempunyai ibu skizofrenia. Iya sedih, sedih sekali. Itu itu lebih baik daripada orang tersakiti oleh ibuku, biar aku saja yang menanggung semuanya.

Saat punya pacarpun, tentu saja banyak yang memilih untuk pergi karena tidak mau ikut andil dalam mengurus ibuku, tapi Allah kasih pendamping yang akhirnya mau ikut mengurus ibuku.

Namun akhir-akhir ini jiwaku terhentak, banyak sekali aduan dari tetangga tentang bagaimana ibuku mulai berhalusinasi, bahkan suamiku sendiri menjadi sasarannya. Lelah sekali rasanya, entah apa lagi yang harus aku jelaskan kepada orang-orang karena mereka tidak mengerti dan memahami apa saja yang pernah aku alami sebelum ini.

Kami pindah kerumah baru dengan tetangga baru, yang kebanyakan anak muda, mereka terkesan tidak terima walau sudah kulontarkan permintaan maaf, seakan semua itu salahku, salahku karena katanya aku kurang pendekatan, bukan aku tidak mau, tapi aku trauma, aku takut mereka semua yang dekat denganku menjadi sasaran halusinasi ibuku.

Siapa yang tidak mau berteman? Siapa yang tidak mau punya banyak teman? Siapa yang tidak mau bersosialisasi? Semua orang pasti mau, tapi kini aku sudah tumbuh menjadi manusia introvert. Ini tidak mudah bagiku, tapi tidak akan ada yang bisa mengerti keadaan ini.

Saat ini kondisiku benar benar sedang down, tapi aku tau tidak aka nada orang lagi yang mau mendengarkan ceritaku, BASI, karena masalahku y aitu itu aja daridlu, aku kehilangan jati diriku, aku tertekan.

hampir 1 gang dirumahku semua tidak suka denganku, dengan keluargaku, yang kukira ini menjadi tempat ternyaman untuk berteduh karena sudah dengan susah payah aku membeli rumah ini tapi ternyata kenyataan tidak seindah mimpiku.

Bahkan orang orang itu tega membuat postingan di Facebook dengan mengejek ibuku sebagai ODGJ dan menjadi bahan bulyyan. Tapi menurut mereka itu tidak salah, karena semuanya salah aku yaaa SALAH AKU, karena katanya aku kurang pendekatan.

Aku harus bagaimana menghadapi semuanya, aku hanya sendiri dan suamiku, abangku satu satunya tidak mau andil dalam mengurus ibu.

Sedangkan Om dan Bude selaku adik dan kakanya juga sepertinya sudah bosan membantu kami, aku buntuuu BUNTUUU

sudah 1 minggu ini aku dirumah mertua ikut dengan suami yang baru saja diterima kerja, ibu ku dirumah, laluuu orang orang itu menyangka aku kabur dan aku gatau lagi harus apa mengahadapi mereka yang sungguh aku tidak mengerti kenapa tidak pernah ada disaaat aku membutuhkan bantuan.

Yasudah ini memang salahku, aku salah salah salah salah salah.

Tinggalkan komentar